Buraq dan Analisa Sains

Bookmark and Share


Sekian tahun berlalu, Perjalanan Malam itu hanya dipandang sebagai fenomenda gaib. Terus terang, aku bisa dikatakan kurang setuju apabila kegaiban dibiarkan gaib. Tapi aku juga tak bisa melakukan apapun untuk menyelidikinya. Akhirnya ketidakberdayaan ini membuatku berkhayal kesana kemari.

Berkhayal dengan mencari apakah ada hubungan antara variabel-variabel dalam kegaiban tersebut dengan variabel sains. Aku bukan orang sains, tapi setidaknya variabel yang kumiliki dari sains lebih banyak daripada yang kumiliki dari kegaiban.


Sementara di lain sisi aku bukanlah orang yang religius, yang hafal kelotokan tentang agama, termasuk tentang Perjalanan Malam tersebut. Variabel yang kutahu dari Perjalanan Malam itu hanya sedikit. Apalagi tentang kendaraan yang dipergunakan untuk melakukan Perjalanan Malam itu. Yang kutahu kendaraan itu bernama Buraq. Katanya semacam kuda bersayap berkepala manusia. Cuma itu variabel yang kutahu.


Apa benar demikian? Benarkah ada mahkluk semacam kuda bersayap berkepala manusia? Apakah itu makhluk mitos layaknya paksi, pegasus, manticore, sphinx, naga, centaur, dan lain-lain? Ataukah

kuda bersayap berkepala manusia itu hanyalah selubung yang menutupi fakta sebenarnya tentang kendaraan Perjalanan Malam?


Pada masa Perjalanan Malam itu terjadi, orang lumrah menggunakan kuda, onta, dan keledai sebagai kendaraan. Walaupun ada beberapa yang menggunakan gajah. Dan kadang ada yang menambahkan gerobak untuk membantu membawa muatan banyak. Tapi yang bisa disebut kendaraan pada masa itu hanyalah kuda, onta, keledai, atau gajahnya saja. Gerobaknya sering tidak termasuk.


Dengan mengetahui bahwa kuda merupakan kendaraan/alat transportasi pada masa itu, bisakah aku mengganti kalimat kuda bersayap berkepala manusia menjadi alat transportasi bersayap berkepala manusia? Bukankah itu terdengar lebih masuk akal? Tepatnya, bukankah itu berhubungan dengan sains? Alat transportasi bersayap. Sebuah wahana bersayap yang lazim disebut pesawat.




Lalu pada bagian berkepala manusia-nya. Kata kepala, memiliki arti luas. Kata itu bisa berarti pusat, otak, kendali, kedudukan/posisi/peran intelektual (pemimpin, direktur, ketua), atas, depan, dan masih banyak lagi. Dalam dunia rumahtangga, yang menjadi kepala adalah bapak/suami. Dalam pemerintahan, yang menjadi kepala adalah presiden, raja, kaisar, atau sejenisnya. Sementara dalam pesawat, yang menjadi kepala adalah pilot. Lalu bisakah kalimat alat transportasi bersayap berkepala manusia kurubah menjadi

alat transportasi bersayap yang dipiloti (dikendalikan) oleh manusia?


Jadi pengertian Buraq berubah dari semacam kuda bersayap berkepala manusia menjadi semacam alat transportasi bersayap yang dipiloti (dikendalikan) oleh manusia. Bisakah arti itu diterapkan?



Seandainya bisa, berarti Nabi Muhammad SAW ketika melakukan Perjalanan Malam mengendarai wahana semacam alat transportasi bersayap yang dikendalikan oleh manusia. Lalu siapa pilotnya? Bisa jadi beliau sendiri. Dan untuk memasuki kabin pilotnya beliau harus menaiki batu besar dahulu, karena posisi kabin pilot itu cukup tinggi dari permukaan tanah.


Atau mungkin Jibril yang menjadi pilotnya. Mungkin Jibril menjelma menjadi seorang pria yang mengendarai wahana itu. Nabi Muhammad SAW hanya menjadi penumpangnya. Dan untuk menaiki pesawat tersebut Nabi Muhammad SAW harus menggunakan batu besar karena pintu masuk ke pesawat itu terletak cukup tinggi dari permukaan tanah.


Dengan alat transportasi itu Nabi Muhammad SAW (mungkin bersama Jibril) pergi ke langit ke tujuh. Mungkin langit ke tujuh ada di luar angkasa. Jadi alat transportasi yang mereka naiki bisa disebut pesawat ulang alik.


Lalu bagaimana dengan riwayat yang menyebutkan bahwa kuda tersebut berjenis kelamin betina? Dengan riwayat ini, ngayal ngalor ngidul-nya jadi makin terdukung. Istilah berjenis kelamin betina mungkin tidak bisa diartikan secara harfiah, bahwa wahana tersebut mempunyai vagina sebagai alat kelaminnya. Mungkin, jika dihubungkan dengan sains, adalah seperti berikut penjelasannya.


Di zaman modern ini ada istilah Artificial Intelegent (AI). Sebuah kecerdasan buatan. Seperti fasilitas yang membuat mesin bisa berinteraksi dengan manusia. Contoh paling sederhana adalah komputer. Bahkan Friendster yang 33% penggunanya adalah orang Indonesia pun bisa disebut AI karena dia bisa meng-generate halaman sendiri ketika seseorang men-submit input alamat e-mail dan password. Halaman Friendster tidaklah nyata. Halaman itu terbentuk dari script di belakang layar. Untuk mengetahui script-nya, cobalah gunakan fasilitas view -> source pada Internet Explorer. Itulah AI yang berada di belakang layar Friendster.


Lalu kenapa bisa disebut berjenis kelamin betina? Contoh sederhana, bila kita isi ulang pulsa ponsel. Ada AI bersuara perempuan yang meladeni pengisian pulsa kita. Contoh lain, bila kita menelpon seseorang tapi nomor telepon yang kita hubungi sedang tidak aktif. Akan ada AI bersuara perempuan yang menjelaskan bahwa telepon yang kita tuju tidak bisa dihubungi. Contoh lain, ada di pintu palang KRL di Jakarta. Setiap ada kereta lewat di persimpangan jalan raya dan rel kereta, maka ada AI bersuara perempuan yang menjelaskan tentang anjuran mematuhi hukum berkendara demi keselamatan bersama. Jadi sebuah AI umumnya bersuara perempuan.



Dari suara itu, jika diterapkan pada kuda yang digunakan untuk Perjalanan Malam, mungkin wahana tersebut memiliki fasilitas AI yang juga bersuara perempuan seperti contoh-contoh di atas.


Jadi bisakah pengertian Buraq diartikan sebagai wahana semacam alat transportasi bersayap dengan sistem kendali (AI) yang berbicara menggunakan suara perempuan, dan Nabi Muhammad SAW (atau Jibril yang menjelma menjadi manusia) sebagai pilotnya ?


Wahana ini ilahiah. Canggih dan mutakhir. Kedap suara. Tidak meninggalkan bekas lepas landas. Mempunyai fasilitas stealth mode sehingga bisa tak tampak. Bahkan mungkin buangan exhaust-nya juga tak berbekas. Mempunyai kecepatan sangat tinggi yang melebihi kecepatan cahaya dan kecepatan atom. Berlapis unsur yang tahan terhadap gesekan atmosfer bumi dan tahan terhadap radiasi sinar matahari, serta tahan terhadap gesekan debu-debu angkasa. Benar-benar canggih dan mutakhir! Dan sains zaman sekarang ini belum bisa menciptakan wahana seperti itu jadinya wahana itu (dan segala yang bisa dilakukan oleh wahana tersebut) masih dianggap gaib.


Jika kembali ke awal zaman, ketika Nabi Adam (dan Siti Hawa) diturunkan ke bumi, mungkin beliau juga menaiki wahana ulang alik ilahiah yang sama, atau setidaknya sejenis. Dan dengan fasilitas auto pilot pada AI-nya, wahana ulang alik tersebut kembali secara otomatis ke hangar-nya untuk kemudian dipakai lagi oleh Nabi Muhammad SAW guna melakukan Perjalanan Malamnya.



Seandainya aku sanggup, aku mau membuktikan kegaiban Perjalanan Malam itu. Orang lain umumnya membuktikan kegaiban untuk menyangkalnya, aku justru untuk meyakininya dan memberitakan pada dunia bahwa kegaiban ini adalah nyata.


Tapi aku menyadari itu semua di luar kemampuanku. Aku bukan orang yang mengerti tentang dunia gaib. Lalu bagaimana aku bisa membuktikannya? Apakah dengn sains? Aku juga bukan orang sains. Aku hanya bisa ngayal ngalor ngidul.


Kelak semuanya akan dibeberkan. Atau kalimat semacam itulah, aku kurang hafal. Pokoknya yang menyatakan bahwa nanti Allah akan membuka semuanya. Katanya memang sudah takdir kelak semuanya akan terbuka. Berarti sudah ada urutan kejadian yang tertera dalam Skenario Agung.


Perlahan justru sains malah membeberkan hal-hal yang tadinya dianggap gaib. Mungkinkan dengan sains kita bisa membuka seluruh tabir kegaiban? Atau jangan-jangan Skenario Agung itu adalah sains?